Menguak Kebenaran Misteri Jalan Lintas Sumatra
KISMIS - Hai Sahabat Kismis Adam dan Belia adalah sepasang suami istri yang pada tahun 2016 harus melakukan perjalanan malam dari Jakarta menuju Bandar Lampung.
Di perjalanan ini mereka mengalami kejadian aneh yang sangat di luar nalar. Kisah mereka jadi penggalan berikutnya dalam “Jalan di Lintas Sumatera”,
Latar Belakang Cerita
Riska dan Andre adalah pasangan suami istri, pada tahun 2014 ketika peristiwa ini terjadi mereka masih berstatus pengantin baru, beberapa bulan sebelumnya baru saja melangsungkan pernikahan.
Pasangan yang cukup bahagia, menjalani kehidupan rumah tangga layaknya pasangan muda pada umumnya.
Pasangan yang cukup bahagia, menjalani kehidupan rumah tangga layaknya pasangan muda pada umumnya.
Mereka tinggal dan bekerja di Jakarta, orang tua Andre tinggal di Lampung, sedangkan Riska ortu-nya tinggal di Jogja.
Nah, di sekitaran tahun 2014 mereka melakukan perjalanan ke rumah orang tua Andre di kota Bandar Lampung, Ayah Andre mendapatkan serangan jantung dan dilarikan ke rumah sakit, membuat mereka harus berangkat hari itu juga.
Nah, di sekitaran tahun 2014 mereka melakukan perjalanan ke rumah orang tua Andre di kota Bandar Lampung, Ayah Andre mendapatkan serangan jantung dan dilarikan ke rumah sakit, membuat mereka harus berangkat hari itu juga.
“Pokoknya paling lambat jam delapan kita jalan ya, kamu jangan pulang malam-malam,” begitu kata Riska di ujung sambungan telepon.
“Iya sayang, ini aku udah di jalan,” jawab Andre menenangkan istrinya.
Riska punya alasan untuk bawel, ada ketakutan dalam diri ketika harus melakukan perjalanan tengah malam menuju rumah mertuanya, jalan menuju Lampung yang termasuk dalam jalur lintas Sumatera masih tergolong sepi dan menyeramkan.
“Iya sayang, ini aku udah di jalan,” jawab Andre menenangkan istrinya.
Riska punya alasan untuk bawel, ada ketakutan dalam diri ketika harus melakukan perjalanan tengah malam menuju rumah mertuanya, jalan menuju Lampung yang termasuk dalam jalur lintas Sumatera masih tergolong sepi dan menyeramkan.
Kalo gak terpaksa, Riska gak akan mau jalan malam, lebih baik berangkat pagi hari. Tapi ini darurat, malam ini juga mereka harus berangkat.
Jam enam kurang Riska sudah berada di rumah, memaksa pulang cepat dari kantornya. Dengan gelisah dia menunggu kedatangan Andre di ruang tamu, beberapa kali mendekat ke jendela ketika mendengar ada suara mesin kendaraan terdengar, walau ternyata akhirnya kecewa karena bukan kendaraan suaminya.
Sampai akhirnya, sekitar tujuh lewat, Andre tiba di rumah, alangkah lega hati Riska.
“Aku mandi dulu, habis Isya kita jalan ya sayang.” Begitu kata Andre dengan senyumnya, menenangkan Riska ketika dia sudah masuk ke rumah.
Singkatnya, selepas waktu isya mereka benar-benar berangkat, menuju kota Bandar Lampung di pulau Sumatera.
Mobil yang mereka tumpangi langsung menembus jalan tol menuju pelabuhan Merak yang letaknya di ujung barat pulau Jawa. Dari Merak, mereka lanjut menyeberang selat sunda menggunakan kapal Ferry. Setelah kira-kira dua jam terombang-ambing di tengah lautan, sekitar jam dua belas kapal laut yang mereka tumpangi bersandar juga di pelabuhan Bakauheni dengan selamat.
“Aku mandi dulu, habis Isya kita jalan ya sayang.” Begitu kata Andre dengan senyumnya, menenangkan Riska ketika dia sudah masuk ke rumah.
Singkatnya, selepas waktu isya mereka benar-benar berangkat, menuju kota Bandar Lampung di pulau Sumatera.
Mobil yang mereka tumpangi langsung menembus jalan tol menuju pelabuhan Merak yang letaknya di ujung barat pulau Jawa. Dari Merak, mereka lanjut menyeberang selat sunda menggunakan kapal Ferry. Setelah kira-kira dua jam terombang-ambing di tengah lautan, sekitar jam dua belas kapal laut yang mereka tumpangi bersandar juga di pelabuhan Bakauheni dengan selamat.
Di sinilah bagian perjalanan yang sungguh sangat Riska risaukan, di samping banyak bis malam lintas Sumatera yang biasanya ngebut gak kira-kira, suasana jalan antara Bakauheni – Bandar Lampung masih tergolong sepi dan menyeramkan.
“Tenang, aku kan sudah ratusan kali melintas di jalan ini, InsyaAllah gak akan ada apa-apa. Kalo mau, kamu tidur aja gih sana di belakang.” Andre berusaha menenangkan istrinya yang mulai kelihatan sangat khawatir.
“Pokoknya Mas hati-hati, gak boleh ngantuk,pelan-pelan saja mas.” Begitu kata Riska.
Karena banyaknya pekerjaan yang dilakukan di kantor, sebenarnya saat itu mereka sudah merasa lelah dan mengantuk. Apa lagi Riska, karena biasanya paling lambat jam sepuluh dia sudah terlelap di alam mimpi. Begitu juga dengan Andre, sebenarnya sudah lelah dan mengantuk, tapi dia harus terus mengemudi kira-kira dua sampai tiga jam lagi sebelum sampai di tujuan.
“Aku mau mampir ke Indomaret dulu sebentar ya, mau beli kopi dan rokok.”
Begitu ucap Andre kepada istrinya ketika kendaraan yang mereka tumpangi baru saja melewati pintu gerbang pelabuhan Bakauheni.
Pintu gerbang pelabuhan inilah yang bisa dikatakan sebagai tanda kalau mereka sudah masuk ke salah satu bagian dari Jalan Di Lintas Sumatera. Jalur yang punya banyak kisah dan cerita seramnya.
Pintu gerbang pelabuhan inilah yang bisa dikatakan sebagai tanda kalau mereka sudah masuk ke salah satu bagian dari Jalan Di Lintas Sumatera. Jalur yang punya banyak kisah dan cerita seramnya.
Gak jauh dari gerbang pelabuhan, di jalanan yang konturnya menanjak, Andre memarkirkan mobil di depan Indomaret di sebelah kiri jalan.
Sementara Riska, sudah duduk bersandar di kursi depan, sudah dalam posisi tidur karena kantuk yang mulai gak tertahankan.
Sementara Riska, sudah duduk bersandar di kursi depan, sudah dalam posisi tidur karena kantuk yang mulai gak tertahankan.
“Sebentar ya sayang, kamu tunggu sini aja, kunci aku tinggal.” Begitu kata Andre.
“Iya Mas,” Jawab Riska pendek.
Gak lama kemudian, setelah selesai, Andre langsung kembali ke mobil dan masuk ke dalamnya. Lalu mendapatkan kalau Riska gak ada di tempat duduknya, yang ternyata sudah pindah ke kursi belakang.
“Aku tidur di belakang ya Mas, kamu hati-hati, jangan ngebut, jangan ngantuk.” Begitu kata Riska.
“Iya, kamu tidurlah di belakang, dua jam lagi kita sampai.”
Jadi begitu, di sisa perjalanan Riska tidur di belakang, meninggalkan Andre mengemudi sendirian membelah gelap dan pekatnya malam itu.
Jalanan sudah sangat sepi, Andre hanya melihat bis malam dan sesekali kendaraan pribadi yang datang dari arah berlawanan. Lampu penerangan jalan masih sangat jarang, nyaris gak ada malah, hanya ada di beberapa persimpangan besar saja, selebihnya gelap.
Wilayah yang letaknya kira-kira 30 menit selepas pelabuhan Bakauheni, sungguh merupakan wilayah yang cukup menyeramkan, jalanannya meliuk-liuk ke kanan dan ke kiri, membelah gunung dan perbukitan.
Kemudian, kondisi jalan yang cukup bagus membuat pengemudi cenderung untuk menginjak pedal gas dalam-dalam, enak untuk ngebut, makanya sering terjadi kecelakaan di wilayah ini. Memang, kalau siang hari kita akan disuguhi pemandangan yang indah, tapi akan beda kalau malam tiba, situasi dan pemandangannya cukup menyeramkan.
Sama juga dengan Andre pada malam itu, sebenarnya dia merasa kalau nyalinya sedikit bergetar ketika melintas jalanan ini, yang pada waktu itu sudah sekitar jam setengah satu malam.
Terus memaksa mata untuk fokus melihat depan, berkonsentrasi mengemudikan kendaraan membelah hutan dan gunung di daerah Lampung Selatan. Beberapa saat kemudian gerimis hujan tiba-tiba turun, semakin menambah syahdu suasana.
Beberapa kali Andre mengusap wajahnya dengan tangan, salah satu cara dia untuk mengusir kantuk. Air hujan benar-benar membuat jarak pandang semakin pendek, hal inilah yang membuat Andre terpaksa mengemudikan kendaraan jadi gak terlalu cepat.
Beberapa kali Andre mengusap wajahnya dengan tangan, salah satu cara dia untuk mengusir kantuk. Air hujan benar-benar membuat jarak pandang semakin pendek, hal inilah yang membuat Andre terpaksa mengemudikan kendaraan jadi gak terlalu cepat.
Sampai akhirnya, ketika sudah hampir jam satu tengah malam, mereka sampai di kota Kalianda. Menurut Andre, kalau sudah lewat kota ini berarti sudah berakhir jalan yang keadaannya cukup menyeramkan tadi, selebihnya jalanan jarang ada yang meliuk-liuk dan tikungan tajam, namun memang tetap saja sepi, karena sudah tengah malam.
“Mas, aku pingin pipis. Kalau ada pom bensin berhenti dulu ya. Sudah gak tahan ini.”
Suara Riska mengagetkan Andre, membuyarkan lamunannya.
“Iya sayang, nanti aku mampir kalau ada pom bensin ya.”
Cukup lega Andre mendengar permintaan dari istrinya, karena sebenarnya dia juga ingin beristirahat sejenak.
Gak lama kemudian, beberapa belas menit dari Kalianda, di kejauhan Andre melihat lampu menyala dengan gambar khas lambang pertamina, pertanda kalau itu adalah pom bensin. Kemudian Andre bersiap-siap untuk menepi dan memasukkinya.
Benar dugaannya, itu adalah pom bensin, pom bensin yang cukup luas dan bersih.
***#
Pom bensin besar ini juga sudah sangat sepi, hanya beberapa kendaraan kecil saja yang terlihat mengisi bahan bakar.
***#
Pom bensin besar ini juga sudah sangat sepi, hanya beberapa kendaraan kecil saja yang terlihat mengisi bahan bakar.
Di dalam, Andre mengarahkan kendaraan ke tempat yang paling pojok, dekat dengan pintu keluar, tempat di mana toilet berada.
Tempat di mana toilet berada ini keadaannya sangat gelap, ditambah hujan yang terus saja turun, membuatnya semakin gelap gulita.
“Sayang, bangun, udah di pom bensin nih,” Ucap Andre membangunkan sang istri.
“Di sebelah mana toiletnya mas?” Sambil mengucek-ngucek mata, Riska melihat sekeliling.
“Tuh pintunya, dekat kan.” Jawab Andre sambil menunjuk ke toilet yang letaknya ada di belakang kendaraan mereka.
“Perlu aku antar gak?”Tanya Andre.
“Gak perlu mas, kamu tunggu di mobil aja.” Begitu jawab Riska, kemudian dia keluar dari mobil dan berlari menembus hujan menuju toilet. Sementara Andre tetap menunggu di dalam mobil.
Andre sudah tahu kebiasaan istrinya, walaupun hanya buang air kecil, biasanya Riska cukup lama melakukannya. Karena itulah, ketika sudah lima menit riska belum kembali juga, rasa kantuk yang teramat sangat tiba-tiba datang menyerang Andre, hingga akhirnya gak tahan lagi, lalu dia ketiduran.
***#
BRAKK..!!
Suara bantingan pintu belakang mobilnya yang tertutup mengagetkan Andre, dia langsung bangun dari tidurnya.
“Eh, sudah selesai sayang?, maaf aku ketiduran.” Begitu ucap Andre.
“Iya,” Jawab Riska pendek.
Suara bantingan pintu belakang mobilnya yang tertutup mengagetkan Andre, dia langsung bangun dari tidurnya.
“Eh, sudah selesai sayang?, maaf aku ketiduran.” Begitu ucap Andre.
“Iya,” Jawab Riska pendek.
Sebelum menjalankan mobilnya, sekilas Andre melirik ke kursi belakang, dia melihat istrinya sudah dalam posisi seperti semula, merebahkan badan dalam posisi tidur.
Hujan masih terus saja turun ketika Andre mulai menjalankan mobil melanjutkan perjalanan, meninggalkan pom bensin.
Sudah jam satu malam, “Satu jam lagi sampai nih,” Begitu ucap Andre dalam hati.
Keadaan sangat sepi, sengaja Andre gak memutar musik sama sekali, dia gak mau tidur istrinya jadi terganggu.
Senyapnya sangat dalam, hanya suara rintik hujan dan deru mesin mobil yang terdengar. Di saat inilah Andre mulai merasakan ada sedikit keanehan..
***#
Ada yang aneh, indera penciuman Andre menangkap wangi yang sungguh beda, ada wangi aneh yang tercium, dan dia sangat yakin kalau itu bukan parfum yang biasa dipakai oleh Riska.
Ada yang aneh, indera penciuman Andre menangkap wangi yang sungguh beda, ada wangi aneh yang tercium, dan dia sangat yakin kalau itu bukan parfum yang biasa dipakai oleh Riska.
Sebenarnya Andre sangat penasaran, ingin sekali menanyakan hal ini kepada Riska, tapi dia mengurungkan niat, gak mau mengganggu istrinya yang masih kelihatan tertidur sangat lelap di kursi belakang.
Beberapa kali juga dia melirik kaca spion untuk mengetahui situasi di belakang, masih belum kelihatan kalau Riska sudah bangun dari tidurnya.
“Ah mungkin ini wangi sabun baru, yang dipakai Riska di toilet tadi untuk bebersih.” Begitu pikir Andre kemudian, menenangkan hatinya, mencoba menutupi perasaan yang sebenarnya mulai merasa gak enak.
Tapi tetap saja, perasaan Andre mulai semakin gak enak, ada yang aneh.
Hal ini yang akhirnya membuat Andre berniat untuk membangunkan Riska aja, gak peduli walau Riska akan ngambek nantinya.
Perasaan Andre semakin gak enak, mulai ada cemas juga di dalam pikirannya. Semakin bulat tekadnya untuk membangunkan Riska..
Tapi, s#
Tiba-tiba ponsel Andre berbunyi..
Di layarnya muncul nomor gak dikenal.
“Siapa nelepon malam-malam? Mana nomornya gak dikenal pula.” Sungut Andre dalam hati sambil memperhatikan ponsel yang ada di genggaman.
Tapi, karena penasaran dan takut kalau-kalau ada telepon darurat dari keluarga, akhirnya Andre manjawab panggilan itu..
“Halo, assalamualaikum.” Ucap Andre.
“Waalaikumsalam. Mas di mana? Kok pergi ninggalin aku sih? Tega banget.. Mas di mana maaass?”
Suara yang sudah sangat Andre kenal terdengar di ujung telepon, iya, itu suara Riska.
“Sayang, kamu bukannya…., ini kamu di mana?” Suara Andre gemetar menjawab banyak pertanyaan Riska.
“Ya aku di pom bensin lah, di mana lagi. Aku keluar toilet kamu gak ada, mas di mana siiihh..?” Ucap Riska mulai agak ketus.
Jantung Andre berdegup kencang, bulu kuduk berdiri semua, lalu siapa yang sedang berada di kursi belakang sejak tadi?
Sementara Riska masih terus saja nyerocos dengan omelannya di ujung telepon, perlahan Andre mulai melirik kaca spion, mencoba melihat ke kursi belakang.
Pantulan cahaya luar, yang bersumber dari kendaraan yang datang dari arah berlawanan,semua itu sudah lebih dari cukup bagi Andre untuk dapat melihat semuanya, melihat ke kursi belakang.
***#
Sosok perempuan yang sejak tadi dia kira adalah istrinya, ternyata sudah bangun dari posisi tidur, dia terlihat duduk tegak tanpa bersandar. Andre gak bisa melihat wajah sosok itu dengan jelas, karena sebagian tertutup oleh rambut panjangnya.
Sosok perempuan yang sejak tadi dia kira adalah istrinya, ternyata sudah bangun dari posisi tidur, dia terlihat duduk tegak tanpa bersandar. Andre gak bisa melihat wajah sosok itu dengan jelas, karena sebagian tertutup oleh rambut panjangnya.
Dengan nyali dan keberanian yang sudah sampai di titik paling rendah, Andre memperlambat laju kendaraan, berniat untuk menepi.
Akhirnya mobil berhenti di tempat yang sangat sepi, kanan kiri hanya ada pepohonan yang rapat dan rindang.
Setelah mobil sudah benar-benar berhenti, Andre langsung membuka pintu dan lari keluar, menjauh.
Ketika sudah berada sekitar lima meter dari mobil, Andre berhenti dan berbalik untuk memperhatikan mobilnya, karena dia mendengar ada suara pintu yang terbuka.
Dari tempatnya berdiri, Andre dapat melihat dengan jelas kalau ada sosok perempuan berambut panjang yang mengenakan pakaian berwarna gelap, keluar dari mobilnya, keluar dari pintu belakang.
Lalu sosok itu berjalan menjauhi mobil, melangkah menuju pepohonan yang ada di pinggir jalan.
Oh bukan, ternyata perempuan itu bukan melangkah berjalan, tetapi terlihat seperti bergerak melayang..
Terus melayang masuk ke pepohonan rindang dan gelap, sampai akhirnya benar-benar hilang di telan gulita.
Andre nyaris pingsan melihat itu semua..
***#
“Kamu tunggu di situ aja ya sayang, sebentar lagi aku sampai di sana.” Ucap Andre dengan suara bergetar kepada Riska yang masih setia menunggu di ujung telepon, karena masih shock dengan kejadian yang baru saja dialaminya.
Andre baru berani masuk ke dalam mobil setelah dia sudah benar-benar tenang, lalu kemudian membawa mobilnya kembali ke pom bensin di mana Riska masih menunggunya.
Begitulah, satu peristiwa yang gak akan pernah dia lupakan, di Jalanan Lintas Sumatera.
***#
Selesai cerita kali ini, tunggu episode selanjutnya ya, karena masih banyak kisah seram di “Jalan Di Lintas Sumatera”.
Tetap sehat, jangan keluar rumah kalau gak ada keperluan penting. Stay safe!
Salam,
Post a Comment