Inilah Kenapa Trauma Terhantu Harus Diatasi Sedari Kecil

Trauma Hantu Dari Kecil Akan Terbawa Sampai Dewasa


Beberapa orang mungkin merasa takut jika mendengar hal-hal yang berkaitan dengan hantu. Hantu seringkali dikonotasikan sebagai objek mistis yang memiliki rupa menyeramkan. Hantu secara umum merujuk kepada roh atau arwah yang telah meninggal dunia.


Indonesia sendiri termasuk salah satu negara yang kental akan unsur mistis. Banyak sekali sebutan hantu yang familiar bagi masyarakat Indonesia, misalnya tuyul, kuntilanak, pocong, genderuwo, dan lain-lain. Secara umum, hantu seringkali dianggap sebagai suatu zat yang mengganggu kehidupan manusia.

Lantas, mengapa seseorang masih saja merasa takut terhadap hantu?

Sejak kecil, pasti kamu seringkali ditakut-takuti oleh orang tua terkait hantu. Mereka mungkin akan menakutimu jika kamu bertindak nakal dan rewel saat kecil. Misalnya saja, orang tuamu berkata "Awas jangan nakal-nakal, nanti diculik hantu!". Hal inilah yang akan tersimpan dalam ingatan jangka panjangmu, bahwa hantu adalah sesuatu yang menakutkan.


Selain itu, mitos-mitos yang beredar di Indonesia rupanya juga membuat seseorang akan merasa takut dengan hantu. Misalnya saja mitos "jangan keluar saat maghrib, nanti diculik wewe gombel". Anggapan ini akan berlangsung secara turun temurun hingga generasi selanjutnya.


Terakhir, karena visualisasi hantu dalam film horor. Nah, mungkin hal inilah yang paling membuat kamu takut dengan hantu. Pasalnya, hantu dalam film horor sering digambarkan sebagai sosok yang menyeramkan. Karena hal inilah, kamu membayangkan hantu sebagaimana apa yang kamu saksikan pada film horor.

Cara Mengatas Trauma Sejak Kecil


Tidak hanya orang dewasa yang bisa merasakan trauma, namun anak-anak juga dapat mengalami dan terpuruk dalam rasa tidak enak itu. 

Kondisi trauma pada anak ini bisa bermacam-macam, ada yang terjadi dalam kurun waktu singkat bahkan ada juga yang dapat berkepanjangan hingga si Anak beranjak dewasa. Sebagai orangtua, Mama perlu sekali memerhatikan pemandangan yang tidak seharusnya dilihat oleh anak-anak apalagi sampai harus memicu rasa trauma. 


Sebenarnya ada banyak kejadian yang dapat menciptakan rasa trauma ketika si Anak melihat atau merasakan secara langsung seperti: 

  • Melihat pelecehan seksual.
  • Berada di situasi kejadian bom atau bencana alam. 
  • Mengalami perbuatan tidak menyenangkan dari teman sekolah.
  • Melihat kekerasan dan hubungan yang kurang baik di dalam keluarganya.
  • Menyaksikan seseorang dengan emosi yang sulit terkontrol karena dapat memicu si Anak merasa takut. 


Anak-anak yang melihat pemandangan kurang enak untuk dilihat atau dianggap kurang wajar dapat memicu rasa trauma, apalagi bila si Anak merasa tersudutkan dan membuatnya merasa ketakutan. Peran Mama sebagai orangtua perlu turut andil untuk mengatasi masalah ini. 


Untuk Mama yang merasa kebingungan dalam mengatasi rasa trauma pada anak di rumah, berikut beberapa panduan dari Popmama.com agar kondisi trauma ini tidak semakin berkepanjangan.


1. Berusaha mengenal menerima perasaan anak

Dilansir dari Psychology Today beberapa kasus anak-anak yang mengalami trauma dapat berkembang menjadi gangguan stres pasca trauma. 


Pemandangan yang kurang enak dilihat dapat memicu terjadinya trauma, apalagi orangtua tidak bisa membatasi segala kejadian yang bisa terlihat oleh anak-anak secara langsung. 


Dalam mengatasi trauma yang telah dirasakan oleh si Anak, cobalah untuk mengenal penyebab terjadinya trauma. Orangtua tidak akan bisa mengetahui faktor pemicu terjadinya trauma bila tidak diajak berdiskusi secara langsung. Ajaklah anak mama mengenal dan menerima perasaan trauma yang memang sedang terjadi padanya. 


Tidak perlu memotong pembicaraan saat dirinya sedang bercerita, Mama hanya perlu menjadi pendengar yang baik agar si Anak mampu menceritakan kejadian tersebut secara detail. Mulailah tuntun dirinya berbicara dari hal-hal sederhana. Pergunakan kata-kata yang membuat dirinya nyaman saat bercerita, bukan menggunakan kata-kata yang dapat membuat anak takut. 


Melalui proses bercerita, kondisi si Anak biasanya akan bercampur banyak perasaan serta segala bentuk emosi. Hal ini semakin membantu dalam memberikan informasi lebih banyak, sehingga orangtua tidak perlu lagi menerka-nerka penyebab trauma yang terjadi. 


Selain itu, si Anak perlahan-lahan akan mengenal dan menerima perasaannya sendiri dalam mengatasi rasa trauma.   


2. Berusaha memberikan perhatian khusus 

Trauma terkadang semakin membuat kondisi psikologis si Anak menjadi terganggu dan tidak nyaman dalam menjalani segala aktivitas keseharian. Bahkan di kondisi tertentu, trauma bisa membuat pola pikirnya terganggu karena kejadian itu seolah terus terbayang-bayang dalam ingatan.  


Tak jarang, usaha serta perhatian khusus perlu dilakukan agar dirinya bisa merasa aman dan nyaman. Tanpa disadari bentuk perhatian yang Mama berikan juga mampu membuatnya merasa tidak sendirian dalam menjalani masa-masa trauma ini.


Mama perlu hadir di situasi tersulit ini agar si Anak bisa kembali bangkit dan percaya diri dalam menyembuhkan perasaan traumanya.  


3. Datang dan berkonsultasi dengan psikolog anak 

Kondisi trauma yang dialami seseorang tentu tidak bisa dipastikan secara nyata seperti sembuhnya luka. Terkadang ada beberapa orang yang seolah menyembunyikan perasaannya sendiri dan menganggap rasa trauma yang dialaminya sebagai persoalan biasa. 


Demi kelancaran kesehatan mental dan psikologis si Anak dari rasa trauma, Mama bisa memulihkannya dengan mendatangi psikolog anak. Saat sudah berada di tempat yang tepat, dirinya akan terbantu dengan berbagai saran yang diberikan oleh orang profesional seperti psikolog. 


Berbagai terapi yang dilakukan saat sesi konsultasi bersama psikolog pun bisa membantu dalam menghilangkan rasa traumanya.  



4. Memperkecil ketakutan saat trauma kembali muncul

Peristiwa yang kurang enak dilihat oleh anak-anak bisa saja memicu trauma pada anak, apalagi bila kejadian itu terjadi secara mendadak. Untuk memperkecil ketakutan karena trauma kembali muncul, ada baiknya untuk selalu memberikan rasa nyaman sekaligus pengertian bahwa si Anak akan selalu aman.  


Tak jarang ketakutan akibat trauma ini muncul di dalam mimpi, sehingga memicu terjadinya gangguan tidur karena perasaan takut jika kejadian serupa akan terulang kembali. Rasa takut itu ternyata tidak bisa dianggap remeh karena efeknya cukup mengganggu.


Peran keluarga diperlukan ketika perasaan takut dan trauma dirasakannya pelan-pelan menghilang. Mama perlu memberikan rasa aman secara fisik dengan mencoba berada di dekatnya, sehingga perlahan dapat membuat hati si Anak terasa lebih tenang.



5. Memperbanyak anak dalam melakukan kegiatan positif

Ma, kegiatan positif bisa dilakukan dalam mengurangi rasa trauma. Perlu diketahui kalau aktivitas fisik seperti olahraga dapat dijadikan alternatif dalam membakar adrenalin dan meningkatkan endorfin untuk membangkitkan mood, sehingga membantu dalam memulihkan trauma pada si Anak. 


Bila dirinya enggan melakukan kegiatan yang sudah disarankan Mama. Cobalah untuk menawarkan berbagai aktivitas baru yang lebih menyenangkan dan memacu dirinya dalam memulihkan rasa trauma.


Itulah beberapa panduan yang bisa dilakukan dalam mengatasi trauma pada anak ketika dirinya melihat pemandangan kurang nyaman.


Support Grup Mistis >>>>>>> Dua Dunia MISTIS

Post a Comment

Post a Comment (0)

Previous Post Next Post